Sivitas Akademika dan Warga Dievakuasi ke Shelter Tsunami UIN Palu

Palu (Humas UINDK Palu) – Mahasiswa, dosen dan masyarakat sekitar kampus berlarian panik saat gempa bumi magnitudo 7,5 mengguncang Kota Palu sekitar pukul 13.30 WITA, 14 September 2023. Sesuai informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Palu gempa bumi itu berpusat di laut pada epicenter 1,03 LS – 119,98 BT dengan kedalaman 10 km, berjarak 15 kilometer arah utara Kota Palu, dan gempa bumi ini berpotensi memicu tsunami setinggi 5 meter.

Terlihat mahasiswa dan dosen serta masyarakat langsung menyelamatkan diri dengan menerapkan teknik evakuasi mandiri dan berkumpul di halaman terbuka. Tidak berselang lama bel tanda darurat berbunyi, pertanda seluruh mahasiswa, dosen dan warga sekitar kampus untuk mengevakuasi diri menuju shelter tsunami di gedung perkuliahan UIN Datokarama Palu.

Ini merupakan skenario awal terjadinya gempa bumi berpotensi tsunami dalam simulasi mitigasi di lingkungan kampus UIN Datokarama Palu. Kegiatan ini turut melibatkan pihak BPBD Kota Palu.

“Jadi selain digunakan untuk gedung perkuliahan, gedung ini juga sebagai shelter tsunami. Tadi sudah dilakukan langkah-langkah penyelamatan diri ketika gempa bumi dan tsunami, yang setiap saat kita tidak tahu kapan bisa terjadi, yang penting kita siap siaga dan mawas diri,” kata Rektor UIN Datokarama Palu Prof Dr H Sagaf S Pettalongi.

Menurut Sagaf, sesuai dengan konsep awal yang dikomunikasikan di Jakarta dengan pihak Bappenas, PUPR pusat, bahwa pembangunan di Kampus I UIN Datokarama Palu ini selain rekonstruksi pascabencana juga menjadi gedung percontohan untuk bangunan kawasan pesisir. Gedung ini diketahui dibangun oleh PUPR dari sumber dana Asian Development Bank.

“Kita bisa lihat di bagian bawahnya itu bolong, hanya dimanfaatkan sebagai lokasi parkiran. Sementara di lantai gedung paling atas tempat evakuasi, lengkap dengan jalurnya,” lanjut Sagaf.

Dengan begitu kata Sagaf, gedung ini tidak hanya digunakan untuk kegiatan perkuliahan dan aktivitas perkantoran terutama bagi kalangan mahasiswa saja, akan tetapi juga berfungsi menjadi gedung shelter tsunami dan evakuasi bencana.

Jika terjadi gempa bumi dan tsunami, maka bangunan ini nanti terbuka untuk masyarakat bukan hanya mahasiswa UIN, tapi juga masyarakat yang ada di pesisir itu bisa menyelematkan diri lewat bangunan ini ke titik yang sudah ditetapkan seperti pada simulasi.

“Jadi khususnya mahasiswa saya kira perlu dipahami. Bagi organisasi mahasiswa, setiap ada anggota baru yang masuk ilmu ini harus diterapkan kepada juniornya, sehingga bisa tersosialisasikan terus, kalau masyarakat itu jadi tugas kita bersama, terutama juga Balai dan unsur terkait untuk mensosialisasikannya,” jelas Sagaf.

Sementara itu, Kepala BPPW Sulteng Sahabuddin yang turut hadir dalam kegiatan simulasi ini mengatakan bahwa gedung ini dipersiapkan untuk berketahanan gempa.

“Ini gedung pertama yang dibangun shelter tsunami sekaligus berfungsi sebagai kampus. Di Aceh ada seperti ini, tapi khusus sebagai shelter tsunami saja. Jadi satu-satunya di Indonesia dan saya yakin di dunia juga ini satu-satunya kampus sekaligus shelter tsunami,” sebutnya.

Olehnya itu Sahabuddin berharap gedung ini bisa dipelihara dan dimanfaatkan dengan baik. “Di atas (shelter tsunami, red) itu bisa dibuat acara-acara, mahasiswa kita yang kreatif bikin cafe atau semacamnya, ini peluang, yang penting di atas itu jangan merubah fungsinya,” tutupnya.