Opini-Sensor Hebat Dari Limbah Elektronik

Penulis: Dr Mohammad Djamil M Nur

“Selain menekan biaya, pembuatan sensor air dari barang bekas juga menjadi bentuk nyata dari pendidikan berkelanjutan dan kesadaran ekologi”

Menjaga kebersihan lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga tanggung jawab kita semua. Salah satu persoalan serius yang dihadapi saat ini adalah pencemaran air, yang berdampak besar pada kesehatan manusia dan keseimbangan ekosistem. Ironisnya, alat untuk mendeteksi kualitas air biasanya cukup mahal dan sulit dijangkau masyarakat umum.

Namun, inovasi sederhana kini hadir dari ruang belajar dan tangan-tangan kreatif kampus. Dengan memanfaatkan barang bekas elektronik, kita bisa menciptakan sensor air murah dan ramah lingkungan. Alat ini bekerja menggunakan prinsip konduktivitas listrik air  semakin tinggi kadar ion atau zat pencemar, semakin tinggi daya hantar listrik air tersebut. Sensor ini menggunakan kabel tembaga bekas, botol plastik, LED, dan papan Arduino yang bisa ditemukan dengan mudah.

Selain menekan biaya, pembuatan sensor air dari barang bekas juga menjadi bentuk nyata dari pendidikan berkelanjutan dan kesadaran ekologi. Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa dapat belajar konsep dasar listrik dan lingkungan secara aplikatif, sekaligus menumbuhkan nilai tanggung jawab terhadap bumi.

Lebih jauh, inovasi ini dapat dikembangkan menjadi sistem monitoring kualitas air berbasis digital, misalnya dengan menambahkan sensor pH dan konektivitas ke ponsel. Hasilnya bisa menjadi proyek kolaboratif antara mahasiswa dan dosen, serta pendidikan untuk menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat.

Di tengah tantangan global seperti krisis air bersih dan limbah elektronik, langkah sederhana seperti mendaur ulang dan berinovasi adalah kontribusi besar. Sensor air dari barang bekas bukan sekadar alat eksperimen, melainkan simbol bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil, dari ruang kelas, dan dari kesadaran kita bersama untuk menyelamatkan lingkungan demi masa depan yang lebih hijau.***

Tentang Penulis:

Dr Mohammad Djamil M Nur merupakan dosen tetap UIN Datokarama Palu pada Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK) yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris UPZ. 

 

Bagikan post ini