Opini : Sekolah Bukan Penjara

Pernahkah kita bertanya mengapa anak-anak begitu bersemangat masuk TK, namun semakin lama semakin kehilangan gairah belajar? jawabannya mungkin terletak pada bagaimana kita memahami esensi pendidikan ramah anak -bukan sekadar slogan, melainkan filosofi yang perlu direvitalisasi dalam sistem pendidikan Indonesia.

Pendidikan ramah anak sejatinya bukan tentang memanjakan atau menurunkan standar. Ini tentang mengakui bahwa setiap anak adalah individu unik dengan cara belajar yang berbeda. Ketika seorang anak aktif bergerak dikelas, bukan berarti dia nakal-mungkin dia adalah learner kinestetik yang butuh movement untuk memproses informasi. Ketika anak lain lebih suka bekerja sendiri ketimbang berkelompok, bukan berarti antisosial-mungkin dia introvert yang butuh ruang personal untuk berpikir.

Yang mengkhawatirkan, banyak sekolah masih terjebak paradigma “one size fits all”. semua anak dipaksa duduk diam, mendengar ceramah berjam-jam, menghafal tanpa memahami konteks. Padahal neourosains telah membuktikan bahwa otak anak berkembang optimal dalam lingkungan yang aman, menyenangkan, dan penuh eksplorasi

Pendidikan ramah anak membutuhkan tiga pilar fundamental. Pertama, pedagogi yang fleksibel -guru yang mampu mengadaptasi metode mengajar sesuai kebutuhan dan minat anak. Kedua, lingkungan fisik yng mendukung- ruang kelas yang tidak kaku, area bermain yang terintegarsi dengan pembelajaran, dan fasilitas yang memungkinkan anak bereksprimen. Ketiga, kebijakan yang humanis- sistem evaluasi yang tidak hanya fokus pada angka, tetapi pada perkembangan holistik anak.

ironisnya, obsesi pada ranking dan nilai justru menciptakan generasi yang cemas, kompetitif tidak sehat, dan kehilangan kreatifitas. Finlandia, yang sistem pendidikannya kerap dijadikan rujukan, hampir tidak memiliki ujian formal hingga usia 16 tahun. Hasilnya? anak-anak mereka konsisten meraih peringkat tertinggi dalam tes internasional sambil tetap bahagia dan sehat mental.

Saatnya kita berani bertanya: apakah kita mendidik anak untuk menjadi robot yang patuh atau manusia yang berpikir kritis? pendidikan ramah anak bukan kemewahan, melainkan investasi terbaik untuk masa depan bangsa yang kreatif, empatis, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Mari kita ciptakan sekolah yang menjadi tempat anak-anak berlari dengan antusias setiap pagi-bukan karena takut terlambat, tetapi karena tak sabar memulai petualangan belajar yang menyenangkan.

Penulis : Dr Kamridah

Bagikan post ini