Hadirnya Fakultas Kedokteran pada beberapa perguruan tinggi di Kota Palu, baik Universitas Tadulako (UNTAD) maupun Universitas Alkhairaat (UNISA), termasuk UNISMUH Palu kedepan, menjadi realitas baru yang perlu dicermati. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis dan kesehatan yang semakin meningkat, tetapi juga menandai terjadinya persaingan sehat antarperguruan tinggi dalam memosisikan diri sebagai pusat keilmuan yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Pertanyaannya, apakah UIN Datokarama Palu akan berhenti pada posisi “penonton”, atau justru mengambil langkah strategis untuk menghadirkan fakultas kedokteran yang bercirikan keislaman?
Dari perspektif metodologis, setidaknya ada tiga hal yang bisa dijadikan landasan analisa. Pertama, analisis kebutuhan (need assessment). Data menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah masih kekurangan tenaga medis, khususnya dokter umum, dokter spesialis, dan tenaga kesehatan berbasis pelayanan masyarakat. UIN Datokarama dapat hadir untuk mengisi celah ini, dengan menawarkan model pendidikan kedokteran yang tidak hanya mengajarkan aspek medis, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai spiritual, etika keislaman, dan pendekatan humanis.
Kedua, analisis kompetensi kelembagaan (institutional readiness). Fakta bahwa UIN Datokarama memiliki basis kuat di bidang tarbiyah, syariah, ekonomi Islam, dan ilmu keagamaan lain justru dapat menjadi fondasi berbeda dibanding universitas umum. Kesiapan dosen, infrastruktur, jejaring kerja sama dengan rumah sakit, serta dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah adalah variabel penting yang harus disiapkan sebelum membuka fakultas baru. Belajar dari pengalaman UIN Alauddin Makassar yang sukses mengembangkan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, langkah awal dimulai dengan membangun kolaborasi rumah sakit pendidikan, memperkuat riset kesehatan berbasis keislaman, dan konsistensi dalam roadmap akademik.
Ketiga, analisis tantangan dan peluang strategis (SWOT analysis). Tantangan besar tentu ada pada aspek pembiayaan, akreditasi, persaingan dengan fakultas kedokteran yang sudah lebih dahulu ada, serta kebutuhan SDM dosen spesialis. Namun peluangnya pun besar: reputasi UIN Datokarama sebagai kampus Islam negeri dapat menghadirkan diferensiasi dengan menawarkan kurikulum kedokteran yang mengintegrasikan ilmu medis modern dengan ilmu agama, spiritual care, serta kajian bioetika Islam. Hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa, baik dari Sulawesi Tengah maupun dari daerah lain.
Dengan membaca dinamika ini, UIN Datokarama Palu seharusnya tidak ragu untuk mengambil peran. Fakultas Kedokteran bukan sekadar simbol prestise, melainkan jawaban nyata atas kebutuhan masyarakat. Tantangan memang besar, namun justru dari situlah peluang kebangkitan muncul. Pertanyaan akhirnya bukan pada “bisakah kita membuka fakultas kedokteran?”, melainkan “apakah kita berani mengambil keputusan strategis untuk masa depan?”.***
Penulis: Dr. Sjakir Lobud, S.Ag.M.Pd




