Opini-Kala Bahagia Beragama Bergantung Pada Wawasan Pemeluk Agama

Bahagia Beragama menjadi puncak dari tujuan setiap pemeluk agama. Kebahagiaan sejati dalam beragama seringkali terancam oleh keterbatasan wawasan. Semangat spiritual yang tinggi, jika tidak dibarengi dengan pengetahuan agama yang luas dan mendalam, dapat berbalik menjadi bumerang.

Wawasan yang keagamaan yang sempit, mengantar pemeluk agama tidak lagi menjadi pembawa kedamaian, melainkan pemicu sikap eksklusif dan penghakiman.

Ada masalah yang akan timbul jika tidak imbang antara semangat beragama dengan pengetahuan agama. Masalah yang sering muncul ke permukaan ialah, munculnya orang-orang yang suka menyalahkan orang lain.

Pandangan ini, bukan untuk meredam gairah spiritual. Melainkan bentuk kritik untuk menjaga semangat beragama agar tidak merusak. Jika diibaratkan, semangat beragama itu seperti api unggun yang menyala besar. Api ini sumber energi dan cahaya untuk orang di sekitarnya.

Namun jika kayu bakar yang diibaratkan sebagai pengetahuan, terbatas. Maka ketika kayu telah habis, api itu tidak akan stabil dalam menerangi.

Api itu mudah tertiup angin (provokasi) dan cahayanya yang terbatas hanya akan menerangi sudut-sudut kecil saja.

Artinya, ketika seseorang hanya menguasai satu potong kecil dari luasnya samudera ilmu pengetahuan, maka ia cenderung meyakini bahwa potongan kecilnya itu adalah satu-satunya kebenaran. Ia tidak tahu ada perspektif lain di luar yang dia lihat. Akibatnya, setiap orang yang berbeda dengannya langsung dianggap salah atau keliru.

Sehingga, gairah beragama yang harusnya mendekatkan diri pada Tuhan malah sibuk mencari-cari kesalahan orang lain.

Maka, tantangannya adalah memastikan bahwa api semangat kita didukung oleh kayu bakar ilmu yang luas, yang mengajarkan kita untuk toleran pada perbedaan dan kritis pada diri sendiri, sebelum menghakimi orang lain.

Ilmu yang luas, mengajarkan kita untuk toleran pada perbedaan, mengakui keragaman tafsir, dan yang paling penting, kritis pada diri sendiri sebelum menghakimi orang lain.

Kebahagiaan dan kedamaian dalam beragama sejati tidak ditemukan dalam keseragaman. Ia ditemukan dalam kedewasaan untuk merangkul perbedaan, yang hanya dapat lahir dari wawasan yang luas. Hanya dengan begitu, gairah spiritual kita akan menjadi sumber energi dan cahaya yang stabil, yang membawa manfaat dan kedamaian bagi seluruh umat, bukan sebatas pembenaran diri.***

Penulis: Profesor Dr KH Zainal Abidin M.Ag

 

Bagikan post ini