Tidak ada yang bisa benar-benar melupakan hari itu—28 September 2018. Langit Palu menggelap, bumi bergetar, dan dalam hitungan menit, air laut berubah menjadi dinding raksasa yang menyapu segalanya. Jerit, doa, dan kepanikan berpadu menjadi satu.Di antara reruntuhan bangunan dan lumpur yang menelan daratan, berdiri sunyi kampus IAIN Palu, kini UIN Datokarama Palu. Kampus itu porak-poranda. Namun, justru dari puing-puing itulah sebuah kisah luar biasa dimulai: kisah tentang keberanian, kebersamaan, dan harapan yang tak pernah padam.
Tidak ada yang mudah dalam membangun kembali apa yang sudah hilang. Puluhan gedung runtuh, fasilitas hancur, dan semangat civitas akademika sempat luruh bersama debu bencana. Tetapi tujuh tahun kemudian, kampus yang dulu lumpuh kini bangkit dengan wajah baru. Di balik dinding-dinding barunya, tersimpan kisah panjang perjuangan yang melibatkan hati dan air mata.
Kebangkitan UIN Datokarama Palu bukan sekadar proyek rekonstruksi fisik, tetapi perjalanan spiritual tentang keyakinan bahwa di balik kesulitan selalu ada kemudahan. Dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan alumni bahu-membahu membangun kembali rumah besar mereka. Mereka tak hanya memperbaiki bangunan, tetapi juga menegakkan kembali semangat belajar dan rasa percaya diri. Dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga donor mengalir, menyalakan api harapan di tengah puing-puing.
Transformasi kelembagaan dari IAIN menjadi UIN pada 2021 menjadi simbol kebangkitan yang lebih besar. Di bawah kepemimpinan Rektor Prof. Lukman Thahir, kampus ini menata diri menuju standar internasional dengan menerapkan ISO 9001:2015 dan ISO 21001:2018. Bersama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Hamka, serta Ketua LPM, Dr. Sofyan Bachmid, UIN Datokarama Palu membangun sistem mutu yang kokoh sebagai fondasi menuju universitas bereputasi global.
Namun, membangun kembali bukan sekadar perkara beton dan administrasi. Tantangan terberat justru pada membentuk budaya mutu—membangun kembali cara berpikir, bekerja, dan melayani dengan semangat baru. Diperlukan disiplin, komitmen, dan keyakinan bahwa setiap krisis membawa peluang untuk tumbuh. UIN Datokarama Palu memilih jalan itu: menjadikan luka sebagai guru, dan krisis sebagai ruang belajar untuk menjadi lebih tangguh.
Kampus ini kini menjadi contoh nyata bahwa kebangkitan tidak hanya diukur dari megahnya gedung, tetapi dari keteguhan hati manusia di dalamnya. Mahasiswa kembali memenuhi ruang-ruang kelas, dosen kembali menghidupkan diskusi ilmiah, dan setiap sudut kampus dipenuhi optimisme baru. Program penguatan akademik dan digitalisasi pembelajaran menjadi bukti bahwa transformasi tidak berhenti pada pembangunan fisik, tetapi berlanjut pada inovasi berkelanjutan.
Lebih dari itu, UIN Datokarama Palu berperan penting dalam proses penyembuhan sosial masyarakat Palu pascabencana. Kampus ini menjadi ruang belajar sekaligus ruang pemulihan batin bagi generasi muda yang sempat kehilangan arah. Melalui kegiatan keagamaan, pendampingan psikososial, dan gerakan pengabdian masyarakat, kampus ini mengajarkan arti sabar, ikhlas, dan tangguh menghadapi cobaan. Pendidikan di sini bukan hanya tentang pengetahuan, melainkan juga tentang menyembuhkan luka dan menanamkan kembali harapan.
Kini, dari lembah Palu yang dulu diselimuti lumpur, berdiri kampus yang memancarkan cahaya pengetahuan. Gedung-gedungnya tegak, semangat akademiknya tumbuh, dan reputasinya mulai menembus batas wilayah. Kisah UIN Datokarama Palu bukan sekadar kisah kebangkitan sebuah institusi pendidikan, tetapi kisah kemanusiaan tentang daya tahan dan harapan. Dari tanah yang pernah luluh lantak, lahir keyakinan baru: bahwa kejatuhan bisa menjadi titik awal untuk mencengangkan dunia.
Dari Palu, dunia belajar bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang menghafal teori, tetapi tentang menumbuhkan kekuatan batin untuk bangkit ketika segalanya runtuh. Kampus ini menjadi saksi bahwa ilmu pengetahuan, ketika berpadu dengan keimanan dan semangat kebersamaan, mampu mengubah duka menjadi cahaya. Dan dari sinilah, UIN Datokarama Palu menegaskan dirinya: bukan hanya universitas yang bangkit dari lumpur, tetapi lembaga yang berdiri untuk menerangi masa depan.
Sumber: Humas UIN Datokarama