Menag Minta Civitas UIN Datokarama Jadi Ujung Tombak Lestarikan Lingkungan

Palu, 2/11 (UIN Palu) – Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Nasaruddin Umar meminta civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama agar menjadi ujung tombak dalam mengkampanyekan pentingnya pelestarian lingkungan, demi keberlangsungan hidup manusia.

“Daya bunuhnya lingkungan yang rusak jauh lebih parah daripada perang itu sendiri. Kita hanya meratapi korban yang ada di Israel, Palestina, Ukraina, Rusia. Tetapi kita enggak sadar, ada daya pembunuh yang sangat dahsyat yaitu rusaknya lingkungan,” kata Menag Nasaruddin Umar saat menyampaikan orasi ilmiah pada Wisuda Ke-45 Sarjana, Magister, dan Doktor, UIN Datokarama, di Kota Palu, Minggu.

Bencana alam tanah longsor, banjir, kekeringan dan berbagai macam bencana alam lainnya yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan, membunuh 4 juta manusia di muka bumi setiap tahun.

Maka, kata Menag, sudah waktunya UIN Datokarama dan semua PTKIN menggagas dan membuat perubahan fikih, bahkan juga perubahan ushul fikih yang mengarah pada penyesuaian lingkungan alam dengan kondisi saat ini.

Menag menerangkan, dahulu hanya dikenal Daruriyatul Khamsah atau ada lima darurat yang perlu mendapatkan prioritas. Pertama adalah Al-Muhāfaẓah ‘alad-dīn, memelihara agama.Yang kedua adalah Al-Muhāfaẓah ‘alan-nafs, memelihara jiwa, nyawa.

Yang ketiga, Al-Muhāfaẓah ‘alal-‘aql, memelihara akal pikiran. Keempat, Al-Muhāfaẓah ‘alan-nasab, memelihara keturunan, dan yang kelima, Al-Muhāfaẓah ‘alal-māl, memelihara harta.

“Ini yang menjadi rujukan pada setiap istinbat hukum yang dilakukan oleh para ulama kita. Akan tetapi mungkin ke depan kita perlu melakukan penyesuaian,” sebut Menag.

“Justru mungkin perlu kita tambah Daruriyatus Sittah, yaitu Al-Muhāfaẓah ‘alal-bī’ah, memelihara lingkungan hidup,” ujarnya lagi.

Hal itu karena, lingkungan alam yang rusak, daya bunuhnya jauh lebih parah daripada perang.

Menag mengutip sebuah ayat : Ẓaharal fasādu filbarri walbaḥri bimā kasabat aydinnās.

Siapa yang menyebabkan kerusakan alam itu? dijawab oleh Al-Qur’an, rusak daratan dan lautan itu karena tangan-tangan jahil manusia.

Menag menegaskan bahwa Kementerian Agama berani berpikir lain dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan. Di mana, Kementerian Agama mengedepankan suatu konsep baru ekoteologi.

Ia menjelaskan, ekoteologi, eko artinya bumi dan teologi artinya pengetahuan tentang Tuhan. Ekoteologi sesungguhnya adalah bagaimana menciptakan suatu kesadaran global dalam masyarakat untuk menganggap alam ini bukan hanya sebagai objek, tetapi menjadikannya sebagai partner dalam menjalani kehidupan bersama.

Karena itu, Menag mengimbau kepada para alumni dan seluruh civitas akademik UIN Datokarama agar beranilah berpikir lain. Jangan tampil sama dengan orang lain. Namun, hal itu bukan dalam arti keluar dari rel. Keluar dari metodologi yang sah. Keluar dari tatanan hukum yang legal. Keluar dari metode-metode keilmuan.

Sebaliknya keberanian berpikir lain yang dimaksud yaitu, berpikir di atas landasan metodologi yang benar.

“Silahkan dikembangkan, bagaimana menciptakan suatu fikih lokal yang sesuai dengan konteks Palu,” kata Menag.

Sumber: Humas UIN Datokarama

Bagikan post ini