Menag Dorong Pesantren Siapkan Masa Depan Umat dan Bangsa Kepada Guru dan Santri

Yogyakarta (Kemenag) – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya peran pesantren dalam menyiapkan masa depan umat dan bangsa. Hal itu disampaikan saat memberikan tausiyah dan pengarahan kepesantrenan di Pesantren Modern Baitussalam, Yogyakarta, Minggu (14/12/2025).

‎Di hadapan para santri, pengasuh pesantren, dan para pemangku kepentingan yang hadir, Menag menekankan bahwa pesantren tidak boleh berjalan tanpa arah, melainkan harus menjadi bagian strategis dalam membaca dan merancang kepentingan umat ke depan.

‎Menurut Menag, pesantren memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan seperti apa wajah umat Islam Indonesia di masa mendatang. Ia menilai, lembaga pendidikan pesantren perlu memiliki pandangan jauh ke depan agar mampu menjawab tantangan zaman.

‎“Saya minta pesantren kita ini menjadi bagian untuk melihat kepentingan umat ke depan. Umat seperti apa yang kita akan persiapkan di masa depan. Kalau perlu kita bisa menjadikan Indonesia sebagai epicentrum peradaban baru dunia Islam,” ujar Menag.

‎Dalam konteks tersebut, Menag memberikan pesan khusus kepada para santri Pondok Pesantren Modern Baitussalam. Ia meyakini bahwa para santri hari ini adalah aktor-aktor penting di masa depan.

‎”Tidak tertutup kemungkinan Ananda semua di sini itu akan memegang peranan yang sangat penting dalam eranya akan datang sepuluh tahun dua puluh tahun akan datang,” ujar Menag.

‎Menag juga mengungkapkan hasil penelitian internasional yang semakin menguatkan posisi pesantren. Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa pendidikan paling canggih di dunia justru terdapat di pesantren.

‎”Ada seorang profesor bidang pendidikan dari Australia baru-baru ini meneliti sejumlah pondok pesantren di Indonesia. Pesantren adalah pendidikan paling sophisticated.” ungkapnya.

‎Menurut Menag, pesantren memberikan ilmu yang lebih luas dibandingkan sekolah umum karena sumber pengetahuan di pesantren jauh lebih lengkap, mencakup aspek intelektual, moral, dan spiritual secara terpadu.

‎Dalam kesempatan itu, Nasaruddin Umar turut mengapresiasi peran para guru dan pengasuh pesantren. Ia mengajak para pendidik untuk bersyukur karena memiliki kesempatan mentransfer ilmu sekaligus nilai kepada para santri. “Bersyukurlah sebagai guru bisa mentransfer anak-anak kita untuk mendapatkan kecerdasan ganda: kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual.”‎

Menutup tausiyahnya, Menag mengingatkan pentingnya adab dan penghormatan kepada guru. Ia menegaskan bahwa kecintaan kepada Rasulullah harus diwujudkan dengan mencintai guru, karena guru merupakan orang tua spiritual bagi para santri.

‎”Kalau kalian mencintai Rasulullah, cintalah gurunya karena guru itu orang tua spiritual kita,” pesan Menag.

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid

‎Pesan ini menjadi penegasan bahwa keberhasilan pendidikan pesantren tidak hanya diukur dari capaian akademik, tetapi juga dari akhlak, adab, dan kedalaman spiritual para lulusannya.

‎Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid dalam sambutannya Hidayat menekankan bahwa pendidikan ideal adalah pendidikan yang mampu merealisasikan amanat konstitusi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945.

‎”Insya Allah pendidikan menjadi betul-betul membawa kepada realisasi dari apa yang dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar kita, yaitu meningkatnya keimanan, ketakwaan, akhlak yang mulia, dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” terangnya.

‎Acara tersebut turut dihadiri Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Bupati Sleman Harda Kiswaya, Kepala Kanwil Kemenag DIY Ahmad Bahiej, Staf Khusus Menag Gugun Gumilar, Sekretaris Menag Akmal Salim Ruhana, Pengasuh Ponpes Baitussalam KH Abdul Hakim, jajaran Forkopimda, serta guru dan para santri Ponpes Modern Baitussalam.

Sumber: Menag RI

Bagikan post ini