Karo Humas Kemenag: Santri Bisa Jadi Apa Saja, Asal Percaya Diri dan Terus Berkarya

Jakarta (Kemenag) — Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag menggelar Kemenag Youth Connect, sebuah forum inspiratif yang menghadirkan para pelajar madrasah untuk berdialog dan belajar tentang peran generasi muda di era digital. Kali ini, kegiatan dihadiri oleh para siswa dan guru dari MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Demak, dengan narasumber utama Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag, Thobib Al Asyhar di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Thamrin, Jakarta Pusat.

Dalam suasana penuh antusiasme, Thobib Al Asyhar menyampaikan pesan inspiratif agar para santri dan siswa madrasah tidak merasa minder dengan latar belakang pendidikan mereka.

“Jangan pernah berkecil hati menjadi siswa madrasah atau santri. Kalian bisa menjadi apa saja sesuai dengan keahlian dan potensi masing-masing. Dunia sekarang terbuka luas bagi siapa pun yang mau berusaha dan belajar,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).

Ia menegaskan bahwa santri dan pelajar madrasah memiliki bekal karakter yang kuat, yaitu spiritualitas, disiplin, dan etika yang menjadi pondasi penting untuk bersaing di era global. Lebih lanjut, Thobib mengingatkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 87.000 madrasah negeri dan swasta yang tersebar di seluruh wilayah. Jumlah ini menunjukkan bahwa madrasah telah menjadi bagian penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia.

“Madrasah tidak hanya mencetak ahli agama, tapi juga calon-calon pemimpin, ilmuwan, dan profesional masa depan yang berakar pada nilai-nilai keislaman,” jelasnya.

Dalam pemaparannya, Thobib juga menekankan visi besar Kementerian Agama, yakni “Terwujudnya masyarakat yang Rukun, Maslahat, dan Cerdas bersama Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045.” Ia menyebutkan bahwa visi tersebut memiliki makna mendalam, yaitu;

  • Rukun, menurutnya, adalah fondasi kehidupan berbangsa yang harmonis di tengah keberagaman Indonesia, yang terdiri atas tiga dimensi: toleransi, kesetaraan, dan kerja sama.
  • Maslahat bermakna keberagamaan yang relevan dengan kebutuhan zaman, bukan hanya ritual, tetapi juga membawa manfaat bagi sesama, masyarakat, dan lingkungan.
  • Cerdas, lanjutnya, mencerminkan kemampuan seseorang untuk memahami, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan secara efektif dalam kehidupan nyata.

“Kalau masyarakat kita rukun, maslahat, dan cerdas, maka kita akan punya peradaban yang unggul. Itulah jalan menuju Indonesia Emas 2045,” terang Thobib.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Thobib juga memberikan pesan penting tentang literasi digital. Ia mengingatkan agar para siswa bijak dalam menggunakan teknologi.

“Jangan pernah menanyakan hal-hal pribadi kepada AI, karena itu dapat berdampak pada keamanan data dan kondisi emosional kita. Gunakan teknologi untuk belajar dan berinovasi, bukan untuk hal-hal yang justru melemahkan karakter,” pesannya.

Kepala Biro Humas ini juga mengajak para santri dan pelajar madrasah untuk menyiapkan diri menjadi Gen Z Muslim di era AI — generasi yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga berkarakter kuat.

“Gen Z Muslim harus berpikir kritis, punya jiwa kompetisi yang tinggi, spiritualitas yang kokoh, serta kemampuan kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Dan yang tak kalah penting, tetap memiliki rasa nasionalisme yang kuat,” tegasnya.

Ia menutup sesi dengan ajakan agar para peserta menjadikan pengalaman di Kemenag Youth Connect sebagai motivasi untuk terus berkembang. “Kalian adalah bagian dari masa depan Indonesia. Dari madrasah, lahirlah generasi yang rukun, maslahat, dan cerdas — generasi yang akan membawa Indonesia menuju kejayaan di tahun 2045,” pungkas Thobib.

Sumber: Menag RI

Bagikan post ini