HMJ Aqidah dan Filsafat Islam UIN Datokarama Palu Gelar Dialog Interaktif Peringati Hari Filsafat Dunia ke-23

Palu (FUAD UIN DK) — Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Datokarama Palu menggelar Dialog Interaktif dalam rangka memperingati Hari Filsafat Dunia ke-23, yang dilaksanakan pada Jum’at, 12 Desember, bertempat di In Coffee, Kota Palu. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa lintas jurusan serta pegiat seni dan budaya.

Dialog interaktif tersebut mengangkat tema “Jejak Filsafat dalam Seni, Bahasa, dan Tradisi di Kota Palu”, dengan tujuan menelusuri hubungan antara filsafat dan ekspresi kebudayaan lokal yang hidup di tengah masyarakat Palu, khususnya dalam tradisi masyarakat Kaili.

Kegiatan ini menghadirkan tiga pemateri, yakni Dr. Hj. Surni Kadir selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Datokarama Palu, Dr. M. Taufan B., S.H., M.Ag., M.H., dosen Fakultas Syariah (Fasya) UIN Datokarama Palu, serta Hardi, S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu.

Selaku Kajur AFI, Dr.Hj. Surni Kadir, dalam sambutannya menegaskan bahwa filsafat pada hakikatnya merupakan upaya manusia mencari kebenaran paling mendasar tentang hidup, alam, dan tujuan keberadaan. Sementara itu, seni dipahami sebagai bahasa rasa yang mengungkapkan kedalaman pengalaman manusia melalui simbol, gerak, warna, dan suara.

Menurutnya, Kota Palu memiliki dua jejak penting sekaligus, yakni jejak rasional-filosofis yang tercermin dalam nilai-nilai lokal seperti nosarara nosabatutu, serta jejak estetik yang hadir dalam seni, tradisi, dan ritus kearifan lokal masyarakat Kaili.

“Melalui dialog ini, kita ingin menegaskan bahwa filsafat bukanlah sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Ia hadir dalam nilai gotong royong (pombine), musyawarah adat (homa), larangan moral adat (pemali), serta dalam keindahan kesenian lokal seperti mori seni, pompoura, dan berbagai ekspresi budaya lainnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dr. Surni menilai kegiatan ini sangat strategis. Pertama, karena memperkaya kajian filsafat dengan konteks lokal sehingga keilmuan tidak hanya bertumpu pada teori global, tetapi juga bersumber dari akar budaya sendiri. Kedua, dialog ini membuka ruang kolaborasi antara kampus dengan seniman, budayawan, serta masyarakat luas. Ketiga, kegiatan ini dinilai memberi kontribusi penting dalam pembangunan karakter masyarakat yang reflektif, toleran, estetis, dan berperadaban.

Dalam penutup sambutannya, ia menyampaikan bahwa Palu bukan sekadar wilayah geografis, melainkan medan makna yang memuat jejak bencana, perjuangan, kreativitas, dan renungan filosofis masyarakatnya. Ia mengajak seluruh peserta menjadikan dialog ini sebagai ruang merangkai memori, menafsir ulang nilai, dan merancang masa depan yang lebih manusiawi.

“Semoga diskusi ini melahirkan gagasan yang inspiratif, kajian yang memperkaya, serta langkah-langkah nyata bagi pengembangan filsafat, seni, dan kebudayaan di Kota Palu,” tuturnya, seraya mengucapkan terima kasih kepada panitia, narasumber, dan seluruh peserta atas kontribusinya dalam menyukseskan kegiatan tersebut.

(Humas FUAD)

 

Bagikan post ini