Dari Bekas Jadi Berkelas: Belajar Fluida Jadi Bermakna

Barang bekas sering kali dianggap tak bernilai. Namun di tangan seorang pendidik kreatif, benda-benda sederhana itu justru menjadi media pembelajaran yang memantik rasa ingin tahu peserta didik.

Hal inilah yang dilakukan oleh Dosen Pendidikan IPA Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Dr Mohammad Djamil M Nur, yang berhasil mengubah barang bekas menjadi alat pembelajaran menarik untuk menjelaskan konsep fluida secara nyata.

Dalam kegiatan praktikum sederhana di laboratorium IPA, berbagai bahan bekas seperti botol air mineral, selang bekas, alat perekat, serta pewarna dimanfaatkan untuk membuat alat peraga tekanan fluida, hukum Archimedes, hingga prinsip Bernoulli. Alat yang dirakit dari bahan tersebut mampu menunjukkan bagaimana tekanan bekerja di berbagai kedalaman, bagaimana benda dapat terapung atau tenggelam, serta bagaimana aliran fluida dapat memunculkan gaya angkat yang digunakan pada teknologi pesawat terbang.

Penggunaan alat dari barang bekas ini bukan sekadar solusi hemat, tetapi juga wujud nyata pembelajaran kontekstual. “Mahasiswa tidak hanya memahami rumus fluida di atas kertas, tetapi mereka melihat dan merasakan langsung bagaimana konsep itu bekerja. Dari sinilah muncul pembelajaran yang bermakna,”

Selain mengasah keterampilan sains, kegiatan ini juga menumbuhkan kesadaran lingkungan. Penggunaan bahan daur ulang menunjukkan bahwa inovasi tidak harus mahal. Justru dengan kreativitas, sesuatu yang dianggap sampah bisa menjadi sarana pembelajaran yang bernilai tinggi.

Para mahasiswa yang mengikuti praktikum tersebut mengaku lebih mudah memahami konsep fluida setelah menggunakan alat rakitan itu. “Kami jadi paham bahwa tekanan tidak hanya soal angka, tapi bisa diamati secara langsung,” ungkap salah satu mahasiswa peserta praktikum.

Inovasi ini menjadi bukti bahwa pembelajaran IPA, khususnya fisika, dapat dibuat lebih hidup dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Barang bekas yang dimanfaatkan bukan hanya menghemat biaya, tetapi juga menjadi simbol perubahan paradigma belajar dari teori menuju pengalaman nyata.

Dengan pendekatan kreatif ini, pembelajaran fluida tidak lagi menjadi materi yang abstrak, melainkan menjadi kegiatan ilmiah yang menginspirasi. Dari bekas jadi berkelas, dari benda sederhana lahirlah makna besar dalam proses belajar.***

Penulis: Dosen Pendidikan IPA Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Dr Mohammad Djamil M Nur

Bagikan post ini