Rektor UIN Palu: Ramadhan momentum untuk kembali pada Alquran

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, Prof Sagaf Pettalongi mengemukakan Ramadhan 1443 Hijriah menjadi momentum yang baik untuk mengajak masyarakat dan generasi muda agar muslim untuk kembali kepada Alquran.

“Inilah momentum yang paling baik untuk meningkatkan pemahaman kita kepada Islam dengan menjadikan Alquran sebagai sumber rujukan utama,” ucap Prof Sagaf Pettalongi dihubungi dari Palu, Sabtu.

Sagaf yang juga Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Sulteng menegaskan Ramadhan memberi pesan kepada umat Islam untuk kembali kepada Al Quran.

Pernyataan ini mengutip Firman Allah dalam Surah Albaqarah Ayat 185 yang berbunyi “Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.

“Alquran sebagai kitab yang dimuliakan Allah, maka semua yang berkaitan dengan Alquran Allah telah menjadikan nya mulia. Misalnya bulan Ramadhan menjadi bulan yang mulia karena di bulan itulah pertama kali Alquran diturunkan. Malam lailatul qadar menjadi malam yang mulia karena pada malam itulah Alquran diturunkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW menjadi Nabi yang mulia karena kepadanyalah Alquran diturunkan oleh Allah SWT,” ungkapnya.

Karena itu, menurut dia, orang yang senantiasa membaca, menghafal dan juga mengamalkan Alquran maka orang tersebut juga akan menjadi mulia di sisi Allah SWTt.

Ia menambahkan untuk mengetahui dan dapat membedakan baik dan buruk, harus mengikuti Alquran yang ditunrukan Allah sebagai petunjuk kepada manusia.

“Ketika seseorang telah menempatkan atau telah kembali kepada Al Quran dan menjadikan alquran sebagai pentunjuk dalam menjalani kehidupan, maka tentu ia akan menjadi orang yang baik. Karena alquran mengajarkan kebaikan, bukan keburukan,” ucap Guru Besar UIN Datokarama Palu itu.

Sagaf mengutarakan puasa bertujuan untuk membentuk ketaqwaan, sesuai dengan Firman Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 183.

Ketaqwaan itu tidak instan terbentuk, karena, sebut Sagaf, ada proses panjang yang dilewati oleh seseorang yang menjalankan puasa. Salah satunya yakni, pembentukan dan memantapkan mental, spiritual dan karakter, diikutkan dengan meningkatkan sumber daya manusia lewat momentum puasa.

“Olehnya, salah satu ciri orang yang bertaqwa yaitu mengerjakan kebaikan atau melakukan hal-hal yang baik yang sejalan dengan perintah dan anjuran agama. Nah, untuk menggapai hal itu, maka harus menjadikan Al Quran sebagai petunjuk,” sebutnya.

Ia mengemukakan bulan Ramadhan sekaligus menjadi pembentukan karakter manusia yang lebih baik.

“Bulan Ramadhan menjadi proses sekaligus memberikan pendidikan untuk pembentukan mental, karakter termasuk peningkatan sumber daya manusia menjadi lebih baik,.” katanya.

Ia menerangkan, proses untuk menjadi orang berkarakter yang baik, tidak cukup dengan menahan lapar, haus, menahan diri, mengendalikan fikiran dan sebagainya.

Tetapi, perlu diikutkan dengan mengikuti atau menempatkan Al Quran sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan.

Sumber : humas UIN Datokarama Palu