Bermodalkan Android, Dosen Dan Mahasiswa Mampu Mengukur Cahaya

Dalam kondisi keterbatasan fasilitas laboratorium program studi (Prodi) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK), D Doktor Mohammad Djamil M Nur mampu mengeluarkan mahasiswa dari keterbatasan alat dalam pembelajaran.

Bermodalkan Aplikasi Luxmeter berbasis Android, Doktor Djamil mampu memberi solusi pembelajaran dalam praktek mengukur intensitas cahaya. Hanya dengan sebuah gawai, mahasiswa dapat memperoleh data ilmiah yang valid. Inovasi ini menunjukkan bahwa laboratorium bukan hanya soal alat mahal, melainkan kreativitas memanfaatkan teknologi sederhana.

Pentingnya Cahaya dalam Proses Belajar

Cahaya tidak hanya penting bagi penglihatan, tetapi juga bagi semangat belajar. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan mata cepat lelah, konsentrasi menurun, bahkan berdampak pada hasil belajar mahasiswa. Karena itu, keberadaan cahaya yang sesuai standar dalam ruang belajar tidak boleh diabaikan. Tingkat pencahayaan dan densitas daya terhadap fungsi ruangan sesuai SNI 6197:2011 yaitu sebesar 350 Lux.

Manfaat Mengukur Intensitas Cahaya

Pengukuran intensitas cahaya dengan luxmeter Android tidak sekadar menghasilkan angka. Ada berbagai manfaat nyata yang diperoleh, antara lain:

  1. Mengetahui apakah ruang Belajar sudah memenuhi standar pencahayaan SNI 6197:2011.
  2. Memberikan dasar untuk rekomendasi perbaikan, seperti menambah lampu, memilih warna cat dinding yang lebih cerah, dan memperbaiki tata letak pencahayaan.
  3. Membekali mahasiswa dengan pengetahuan praktis tentang pengukuran intensitas cahaya dalam satuan SI, yaitu lux, yang merupakan turunan dari candela (cd). Hal ini sangat relevan dengan pembahasan Fisika Dasar tentang gelombang cahaya, optik, dan sistem satuan internasional.
  4. Melatih mahasiswa menghubungkan teori fisika dengan praktik nyata di lapangan.

Dengan demikian, pengukuran ini bukan hanya bermanfaat untuk kenyamanan belajar, tetapi juga memperkaya pemahaman mahasiswa dalam perkuliahan.

Testimoni Mahasiswa:

Awalnya saya kira penelitian butuh alat yang mahal. Tapi setelah mencoba aplikasi luxmeter di handphone, saya sadar bahwa kreativitas bisa mengubah keterbatasan jadi peluang. Ikhwan Hi Ambo Lappo (Mahasiswa Tadris IPA)

Ternyata penelitian bisa dimulai dari apa yang ada. Saya merasa lebih siap menjadi calon guru yang kreatif dan inovatif, sekaligus belajar sains dengan cara nyata. Mawadah Zahwa Rachma (Mahasiswa Tadris IPA)

 Inspirasi dari Ruang Belajar

Lebih dari sekadar angka pengukuran, kegiatan ini menyalakan semangat bahwa sains dapat hadir dari hal-hal sederhana. Mahasiswa belajar bukan hanya memahami teori dalam buku, tetapi juga mempraktikkannya langsung dengan teknologi yang ada di genggaman tangan. Inilah wajah baru pembelajaran: murah, mudah, tetapi penuh makna.

Cahaya ilmu tidak pernah padam. Ia akan terus menyala, bahkan dari sebuah gawai sederhana yang digunakan dengan niat dan semangat belajar.

Penulis : Doktor Mohammad Djamil M Nur

Bagikan post ini