Depok (Kemenag) – Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM (BMBPSDM) Kemenag menggelar bedah buku “Oase Gus Dur: Menyelami Pemikiran, Kearifan, dan Keteladanan Sang Guru Bangsa”. Buku karya Sekretaris BMBPSDM Ahmad Zainul Hamdi ini berupaya menjelaskan pemikiran Gus Dur dalam ikhtiarnya membangun peradaban.
Bedah buku ini berlangsung di Makara Art Center Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Senin (13/10/2025). Acara ini hasil kerja sama BMBPSDM dengan Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities (AWCPH) Universitas Indonesia. Tema yang diangkat adalah “Moderasi Beragama sebagai Aktualisasi Pemikiran Gus Dur Membangun Peradaban”.
Kepala BMBPSDM, M. Ali Ramdhani, menyambut baik kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan “Pameran Dialog Peradaban Tahun 2025”. Acara ini juga sekaligus dalam rangka memperingati 15 tahun terbitnya buku “Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian”.
Kaban Dhani menyebut bahwa acara ini sebagai langkah nyata dalam amplifikasi moderasi beragama yang menjadi core business di BMBPSDM. Lebih jauh, Kaban Dhani melihat dalam buku yang dibedah ini sejatinya menjadi sangat penting untuk meneladani pemikiran besar Gus Dur dan Ikeda yang menjadi jembatan toleransi dan kemoderatan dalam aksi nyata. Dari dua pemikiran besar ini dapat dipahami bahwa toleransi tidaklah elitis dan dapat menampak dalam pelbagai wajah humanis.

“Kita tidak boleh melihat ukuran, karena sekecil apa pun langkah toleransi dan kemoderatan, seperti dalam rupa persahabatan, akan berdampak besar mempengaruhi banyak hal karena melampaui sekat-sekat budaya, bangsa, bahkan agama,” ujar Kaban Dhani.
Secara khusus, Kaban Dhani mengapresiasi upaya penulis, Prof. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag (Mas Inung), yang telah berupaya untuk memperpendek jarak pemikiran “Sang Guru Bangsa” yang eklektif dengan pembaca dalam rangka memperluas resonansi nilai-nilai toleransi aktif, kemanusiaan, keadilan, pluralisma, pendidikan, dan kearifan lokal yang sangat penting dalam fakta keragaman di Indonesia, yang modern secara material sekaligus moderat secara spiritual dan kultural.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Mangnguluang Mansur, M.Si, mengapresiasi kegiatan yang menjadi ruang perjumpaan nilai dan peradaban antara Indonesia melalui sosok Gus Dur dengan Ikeda, yang merupakan pejuang perdamaian dan kemanusiaan dengan mengkampanyekan kasih sayang dari Jepang.
“Dua pemikiran tokoh besar yang menekankan pada kemanusiaan ini sangat penting bagi Kota Depok yang heterogen. Depok tidak hanya harus maju dengan potensi akademik yang ada, tetapi janganlah meninggalkan nilai-nilai keadilan dan keadaban,” tegasnya.
Lebih jauh, Mansur melihat peran penting nilai-nilai universal tersebut dalam menatap harapan Indonesia Emas 2045 yang menjunjung kebhinekaan, dengan tidak melihatnya sebagai sekat perbedaan melainkan jembatan.
Hadir sebagai narasumber, Alissa Wahid (Jaringan Gusdurian), Zastro Al Ngatawi (Direktur Kebudayaan Universitas Indonesia), Ahmad Syafiq (AWCPH UI), dan Ahmad Zainul Hamdi, (Sekretaris BMBPSDM Kemenag). Hadir juga, mahasiswa, akademisi, santri, pelajar, tokoh agama, tokoh masyarakat, aktivis organisasi kepemudaan dan masyarakat umum.
Sumber: Menag RI




