Penulis : Samsinas
“Akhir-akhir ini, banyak diperbincangkan mengenai penemuan bunga raksasa Rafflesia jenis Hasseltia yang disebut hampir punah dan populasinya sulit ditemukan di dunia. Namun justru ditemukan di kawasan Hiring Batang Sumi, Sumpur Kudus. Sijunjung Sumatera Barat, Indonesia pada tanggal 18 November 2025 setelah masa pencarian selama 13 tahun oleh para peneliti dari Oxford University. Chris Thorogood yang bekerja sama dengan pemandu lokal, Septian Andriki dan beberapa temannya”.
Menariknya, Rafflesia memiliki keunikan tersendiri baik dari bentuk, proses tumbuh maupun aroma yang ditimbulkannya. Rafflesia bentuknya cukup besar, jika mekar sempurna sangat indah dengan warna merah bercak putih namun memiliki aroma busuk seperti bangkai sehingga masayarakat lokal menyebutnya ”bunga bangkai”. Ada 24 jenis Rafflesia, 14 diantaranya tumbuh di hutan Indonesia.
Pada umumnya, Rafflesia tidak memiliki akar, batang, daun maupun spora. Rafflesia adalah jenis tumbuhan parasit yang hidup diakar inang genus tetrastigma leucostaphyllum dengan proses tumbuh satu tahun lamanya. Dari ukuran diameter 11 hingga 50 cm saat mekar sempurna.
Eksistensi Rafflesia berkaitan dengan kesehatan hutan. Rafflesia tumbuh di ekosistem hutan yang sehat, sebaliknya tidak bisa tumbuh pada ekosistem hutan yang tercemar. Jika Rafflesia bisa tumbuh sudah pasti ekosistem disekitarnya sehat alami.
Sebaliknya jika Rafflesia tidak tumbuh alarm hutannya sedang tidak baik-baik saja. Bersyukur Rafflesia masih tumbuh di hutan sumatera, Indonesia, karenanya Rafflesia menjadi ikon kesehatan hutan Indonesia ditengah cercaan bahwa hutan Indonesia banyak diekploitasi pengusaha tambang dan sebagainya.
Belajar dari Rafflesia, kadang ada sosok yang tak jelas akar sejarahnya, bukan dari pohon yang besar dan rindang dengan basis massa seperti organisasi dan partai, juga bukan pengusaha dan aristokrat dengan amal jariyah yang mengharumkan namanya, pun untuk eksis ia harus berproses cukup lama bahkan menumpang pada inang tanaman lain.
Ketika dia ada dipuncak ia begitu indah, besar bunganya merajai bunga-bunga yang lain, tetapi aroma yang ditebar malah bau busuk (penuh dengan fitnahan), bau muncul secara alami (sesuai sunnatullah) bersamaan dengan keberadaan dirinya bahkan ketika diposisi puncak (mekar sempurna).
Rafflesia dapat menjadi Ibrah bagi manusia, bahwa orang yang tetap eksis berbuat baik dalam tekanan fitnah buruk bisa dipastikan dia dan lingkungan disekitanya dalam ekosistem yang sehat dan benar. Sehingga kita bisa berhati-hati untuk tidak ikut arus pada fitnah yang bertebaran tentang seseorang walau ”nampak salah”.
Wallahu a’lam bi shawab.




