Opini-Cinta dan Listrik: Dua Dunia yang Ternyata Dekat

Penulis: Dr. Mohammad Djamil M.Nur, M.PFis

“Selama ini kita mengenal muatan listrik sebagai konsep dasar dalam fisika. Namun siapa sangka, konsep sederhana tentang muatan positif dan negatif ternyata bisa menjadi cermin yang menarik untuk memahami cinta romantis dalam kehidupan manusia”.

 

Fisika tidak hanya bicara soal rumus dan angka, tetapi juga bisa memberi pelajaran tentang hubungan, keseimbangan, dan dinamika perasaan.

Dalam listrik, kita belajar bahwa muatan berbeda saling tarik-menarik. Begitu pula dalam dunia cinta. Dua orang yang memiliki karakter berbeda, satu tenang, satu spontan; satu logis, satu perasa, Sering kali justru saling melengkapi. Perbedaan bukan alasan untuk menjauh, tetapi justru menjadi energi yang membuat dua hati saling mendekat. Sama seperti listrik, cinta juga membutuhkan interaksi dua kutub agar muncul “tegangan” yang menghidupkan cahaya.

Keseimbangan Energi dalam Hubungan

Dalam rangkaian listrik, arus hanya bisa mengalir jika ada keseimbangan. Jika satu sisi terlalu kuat dan sisi lain terlalu lemah, maka sistem bisa jenuh atau bahkan rusak. Ini sangat mirip dengan dinamika cinta. Jika satu pihak terus memberi tanpa henti sementara yang lain hanya menerima, hubungan akan menjadi berat sebelah. Pada titik tertentu, cinta bisa “korslet”.

Karena itu, cinta yang sehat memerlukan arus dua arah: saling memberi, saling memahami, dan saling menghargai. Tidak ada energi yang mengalir dengan baik jika jalurnya tersumbat. Begitu pula hubungan yang kehilangan komunikasi, arus kasih sayang akan makin melemah dan akhirnya padam.

Hambatan yang Membuat Dèwasa

Dalam listrik kita mengenal resistor, komponen yang memberikan hambatan agar arus tidak berlebihan. Kecil atau besar hambatannya akan memengaruhi stabilitas rangkaian. Hambatan inilah yang sering kita temui dalam hubungan manusia: perbedaan pendapat, jarak, waktu, pekerjaan, atau ego masing-masing.

Namun hambatan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Justru hambatan membuat kita belajar menata emosi, memahami batas, dan menghargai proses. Sama seperti resistor yang menjaga rangkaian agar tetap aman, hambatan dalam cinta membantu hubungan tumbuh menjadi lebih matang dan stabil.

Cinta yang Menyala dari Hal Paling Sederhana 

 Pada akhirnya, pelajaran paling penting dari listrik adalah bahwa energi itu bergerak ketika ada hubungan yang tersambung. Jika dua kutub dibiarkan terpisah, tidak akan ada cahaya yang muncul. Dalam romansa pun demikian. Selama komunikasi terjaga, saling pengertian dirawat, dan perbedaan diterima, maka cinta akan terus menyala seperti rangkaian yang stabil.

Fisika mengajarkan bahwa energi tidak hilang; ia hanya berubah bentuk. Mungkin cinta pun demikian: ia tidak pernah benar-benar hilang, ia hanya berpindah, tumbuh, dan berkembang sesuai cara kita merawatnya.

Penutup

Siapa bilang fisika hanya milik laboratorium? Melalui muatan listrik, kita bisa belajar bahwa cinta adalah energi yang bekerja dalam keseimbangan, interaksi, dan saling melengkapi. Positif dan negatif bukan untuk dipertentangkan, justru keduanya hadir agar dunia dan hati manusia tetap menyala.***

Bagikan post ini