UIN Datokarama Suarakan Menag Layak Dapat Nobel Perdamaian Internasional

Palu, 2/11 (UIN Palu) – Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama menyuarakan kepada dunia bahwa Menteri Agama layak ditetapkan untuk mendapatkan penghargaan nobel perdamaian internasional.

“Karena itu, izinkan kami, selaku Rektor
dan seluruh keluarga besar UIN Datokarama Palu, agar dunia mengenang nama Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA., sebagai Tokoh Lintas Agama Dunia yang berpengaruh. Dengan segala hormat, dan atas restu bapak Menteri, kami mengusulkan kepada
dunia internasional bahwa bapak layak untuk mendapatkan nobel perdamaian,” ucap Rektor Profesor Lukman Thahir saat menyampaikan pesan almamater wisuda ke-45 sarjana, magister, dan doktor UIN Datokarama, di Kota Palu, Minggu.

Kata Profesor Lukman, Menag Nasaruddin Umar telah membuktikan bahwa dialog lintas iman bukanlah wacana, melainkan Tindakan nyata yang menyalakan harapan.

Hari ini, kampus kita tidak hanya sedang
mewisuda sarjana, magister, dan doktor, tetapi juga sedang merayakan cahaya ilmu yang menuntun manusia menuju kebijaksanaan. Dan di antara cahaya itu, hadir sosok yang memantulkan sinar
paling teduh, tokoh yang bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga milik dunia — Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, MA.

“Beliau bukan sekadar Menteri Agama, tetapi jembatan nurani yang menghubungkan Timur dan Barat, Islam dan Kristen, tradisi dan modernitas, serta iman dan kemanusiaan,” ujar Profesor Lukman Thahir.

Ia mengatakan dunia telah menyaksikan kiprah beliau, ketika Paus Fransiskus, Jorge Mario Bergoglio melangkah ke Masjid Istiqlal, dua sosok besar berdiri di satu panggung spiritual yaitu Paus Fransiskus mencium tangan Prof. Nasaruddin, dan beliau mengecup kepala Paus. Itu bukan sekadar gestur, tetapi doa yang berwujud tindakan, pesan bahwa kasih dan perdamaian tidak membutuhkan penerjemah agama.

Tiga hari yang lalu, sejarah kembali berulang. Prof Nasaruddin berdiri di jantung Vatikan, menyampaikan orasi perdamaian kepada dunia.

Beliau berziarah ke makam sahabatnya Paus Fransiskus yang telah wafat, dan memeluk Paus yang baru, Paus Leo XIV, Robert Francis Prevost, seolah menegaskan bahwa persahabatan lintas iman tidak berhenti oleh kematian, tetapi berlanjut dalam cinta yang abadi.

“Prof. Nasaruddin Umar pernah berkata, „Ketika agama kehilangan kasih, ia kehilangan Tuhan.‟ Dan Paus Fransiskus menjawab dalam gestur yang tak terucap, dengan pelukan yang
menembus sekat iman dan agama.”

“Bapak Menteri kita ini tidak berjalan di jalan yang mudah. Beliau menempuh jalan sunyi, jalan yang sering sepi dari tepuk tangan, tetapi penuh doa dari langit,” kata Lukman Thahir.

Dari Istiqlal ke Vatikan, dari mihrab ke
altar, dari Indonesia untuk dunia, beliau telah menunjukkan bahwa agama sejati bukan untuk memisahkan, tetapi memeluk. Di tengah dunia yang mudah terbakar oleh kebencian, beliau memilih menjadi air yang memadamkan, menjadi kata yang menenangkan, dan menjadi wajah Islam yang tersenyum.

Cium tangan yang dilakukan Paus dan kecupan kepala dari Prof. Nasarudin bukan sekedar symbol persahabatan, melainkan tanda bahwa kasih sayang Tuhan mampu menembus batas teologi dan budaya.

UIN Datokarama sebagai perguruan tinggi Islam, kata Lukman Thahir, turut bangga memiliki sosok seperti Menag Nasaruddin Umar, karena nilai yang diperjuangkannya adalah nilai yang sama yang menjadi napas universitas ini: menyatukan ilmu, iman, dan kemanusiaan.

“Kepada para wisudawan, saya ingin menyatakan kepada anda semua bahwa belajarlah dari Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar. Bahwa kebesaran tidak diukur dari gelar atau jabatan, tetapi dari seberapa banyak cinta dan kedamaian yang kita tebarkan,” imbuhnya.

“Kepada dunia, kita ingin mengatakan bahwa dari Palu, dari Indonesia, dari kampus ini kami berjanji mengikuti jejak langkah beliau, ikut menjaga dan mengawal nyala perdamaian global dari spirit dan semangat Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar,” ungkap Prof Lukman.

Ia mengatakan, UIN Datokarama percaya bahwa dalam diri Prof Nasaruddin Umar, kita melihat agama bukan sebagai pagar, tapi jembatan. Bahwa iman bukan
alasan untuk berjarak, tapi kekuatan untuk saling mendekat.

Lewat rekam jejak beliau kami belajar dan percaya, bahwa perdamaian bukan sekadar diplomasi antarnegara, tetapi doa yang hidup di dada para ulama dan orang-orang beriman.

“Beliau telah menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bisa berdialog tanpa kehilangan martabat, dan bisa memimpin tanpa menguasai. Bahwa agama dan
kemanusiaan bukan dua jalan yang berbeda, melainkan satu napas dalam rumah besar cinta Tuhan. Semoga Allah selalu menjaga langkah Bapak Menteri Agama, dan semoga setiap langkah itu terus menjadi Cahaya bagi mereka yang tersesat di jalan kebencian.***

Sumber: Humas UIN Datokarama

Bagikan post ini