Kini Ada Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Guru Madrasah

Modul yang disusun tim Kemenag bersama Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) ini dirilis pada Jumat (26/9/2025). Hadir, tokoh lintas kementerian, lembaga, ormas keagamaan, serta mitra internasional. Kehadiran modul ini diaharapkan memperkuat literasi kesehatan reproduksi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Pendidikan Reproduksi Sesuai Syariat

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menjelaskan urgensi pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini. Menurutnya, pembekalan yang benar dan berperspektif Islam sangat krusial agar generasi muda tidak salah memahami isu-isu sensitif tersebut.

 

“Pendidikan reproduksi tidak hanya soal literasi, tapi juga menjaga kesehatan, memahami aspek keagamaan, dan memastikan keberlangsungan keturunan secara sehat sesuai syariat. Dalam Islam, menjaga keturunan atau hifzhun nasl adalah bagian dari maqashid syariah yang sangat penting,” tegas Amien.

Ia juga mengingatkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi seyogianya tidak hanya menyasar guru, tetapi juga orang tua. Dengan begitu, siswa mendapat penguatan dari lingkungan keluarga maupun sekolah.

Pendidikan Komprehensif

Ketua Pengawas YGSI, Nur Jannah, menyampaikan apresiasi kepada Kemenag atas peluncuran modul yang disebut sebagai tonggak penting dalam menghadirkan pendidikan kesehatan reproduksi yang sesuai dengan ajaran Islam.

 

 

Sejak 2011, YGSI telah berpengalaman mengimplementasikan modul kesehatan reproduksi di sekolah umum melalui program SETARA, melatih lebih dari 1.800 guru, dan menjangkau 42.000 siswa di 12 provinsi. Pengalaman tersebut menjadi landasan dalam merumuskan modul berperspektif Islam yang kini diluncurkan.

“Anak-anak kita membutuhkan pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif, berbasis ilmu pengetahuan, namun tetap sesuai dengan nilai dan keyakinan agama. Modul ini menjadi pegangan berharga bagi guru di madrasah dan pesantren untuk membimbing siswa dengan tepat,” ujar Nur Jannah.

40 Ribu Guru Daftar MOOC Pintar

Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, M. Arskal Salim GP, dalam laporannya menyebutkan bahwa antusiasme guru madrasah sangat tinggi terhadap program ini.

 

“Hingga September 2025, tercatat 40.806 guru madrasah telah mendaftar untuk mengikuti MOOC Pintar. Angka ini menunjukkan betapa besar kebutuhan guru akan modul pendidikan kesehatan reproduksi yang benar dan sesuai dengan Islam,” ungkap Arskal.

Selain itu, sebanyak 30 guru terpilih tengah mengikuti Training of Facilitator (TOF) di Ciputat, yang akan melahirkan fasilitator nasional guna memperluas dampak program ke seluruh madrasah di Indonesia.

Peluncuran modul ini tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, tetapi juga untuk mencegah pernikahan dini, kekerasan seksual, hingga fenomena ketakutan menikah (marriage scar) dan pernikahan tanpa anak yang mulai marak di kalangan generasi muda.

Dengan modul yang telah melalui proses panjang, mulai dari drafting, uji keterbacaan, review ahli, hingga uji publik bersama ormas Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah, kini Kemenag optimistis modul PKRR perspektif Islam dapat menjadi panduan nasional.

Sumber: Kemenag RI

 

Bagikan post ini