Lampung (Kemenag) — Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama, Nyanyu Khodijah, menegaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) merupakan ikhtiar Kemenag menghadirkan pendidikan yang lebih humanis, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Hal ini disampaikan Prof. Nyanyu saat membuka Workshop Penyusunan Rancangan Pembelajaran Berbasis Cinta di Pusiban Agung Kotabumi, Lampung Utara, 9–10 September 2025.
“Pendidikan sejati tidak cukup hanya menguatkan aspek kognitif. Ia harus menumbuhkan nilai kasih sayang, kepedulian, dan empati. Kurikulum Berbasis Cinta hadir untuk mengajarkan cinta kepada Tuhan, Rasul, sesama manusia, hingga cinta kepada alam,” ungkapnya.
Menurut Prof. Nyanyu, KBC bukan kurikulum baru, melainkan revitalisasi kurikulum yang ada dengan menambahkan ruh cinta sebagai fondasi utama. “Yang paling penting dari Kurikulum Cinta adalah nafas dan semangatnya, bukan sekadar dokumen tertulis,” imbuhnya.
Hingga kini, pengembangan KBC telah melibatkan lebih dari 22.000 guru dari berbagai daerah di Indonesia. Kurikulum ini tengah memasuki tahap lanjutan uji publik, dengan prinsip utama yang meliputi keberagamaan, kebersamaan, kekeluargaan, kemandirian, kesetaraan, kebermanfaatan, kejujuran, keikhlasan, dan kesinambungan.
Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung menilai KBC memiliki peran strategis dalam menumbuhkan empati lintas kelompok di tengah masyarakat yang majemuk. “Generasi muda harus belajar merespons perbedaan dengan sikap terbuka. KBC menyiapkan mereka sebagai pemimpin masa depan yang berkarakter dan berempati,” ujarnya.
Workshop ini dirancang tidak hanya sebagai forum teoritis, tetapi juga praktis. Guru dan tenaga pendidik dilibatkan dalam penyusunan RPP berbasis KBC, pengembangan materi ajar, serta penyusunan instrumen evaluasi. Dengan pendekatan ini, nilai cinta diharapkan langsung terintegrasi dalam pembelajaran sehari-hari.
Prof. Nyanyu menutup dengan penekanan bahwa KBC bersifat dinamis dan terus berkembang. “Kita tidak sedang menciptakan sistem yang final. Kurikulum ini hidup, tumbuh, dan mencari bentuk terbaik sesuai kebutuhan zaman. Intinya, cinta adalah nafas pendidikan,” tegasnya.
Melalui langkah ini, Kementerian Agama optimis KBC akan menjadi fondasi kuat untuk membangun pendidikan yang menyejukkan, memperkuat karakter peserta didik, sekaligus mempererat kohesi sosial bangsa.
Sumber: Pendis Kemenag