Palu, 3/6 (UIN-DK) – Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi kampus pilihan Elisabet Amelia Morong untuk melanjutkan pendidikan tinggi jenjang strata satu (S1).
Elisabet Amelia Morong, seorang Gen-Z usia 20 tahun berkeyakinan Kristen Protestan, memilih Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) UIN Datokarama, untuk ia memperdalam dan mengembangkan kemampuan akademiknya.
Elis sapaan akrab Elisabet Amelia Morong, kini telah berada di semester IV sejak masuk di UIN Datokarama Palu pada tahun 2023. Pilihannya untuk menjadi mahasiswi UIN Datokarama Palu, diakui sebagai pilihannya sendiri yang didukung oleh orang tuanya.
“Orang tua tidak mempermasalahkan saya kuliah di UIN Datokarama, karena bagi orang tua, UIN Datokarama adalah kampus juga,” ucap Elis.
Sebelum memilih UIN Datokarama untuk melanjutkan pendidikan jenjang S1, Elis merupakan mahasiswi Universitas Muhammadiyah Luwuk di Kabupaten Banggai. Di kampus tersebut, Elis sempat mengikuti proses kuliah selama dua semester.
Selama di kabupaten itu, Elis tinggal bersama keluarganya di Kota Luwuk. Sementara orang tuanya bertempat tinggal di Kota Palu. Keingin Elis untuk tinggal serumah dengan orang tua di Kota Palu, membuat Elis mengambil keputusan untuk pindah kampus dan memilih UIN Datokarama sebagai kampus pilihannya melanjutkan pendidikan jenjang S1.
Meskipun berbeda secara keyakinan dengan kebanyakan mahasiswa/i UIN Datokarama, Elis tidak merasa canggung, takut dan minder. Karena bagi Elis, UIN Datokarama adalah kampus negeri yang sama dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia, utamanya memberikan akses kepada semua generasi muda dari semua keyakinan untuk kuliah.
“UIN Datokarama tidak membatasi setiap orang untuk kuliah, meskipun berbeda keyakinan dan kepercayaan,” ujarnya.
Bagi Elis, perbedaan tidak menjadi halangan untuk kuliah di UIN Datokarama. Di lingkungan kampus tersebut, Elis menyatu dan membangun hubungan kemanusiaan dengan teman – teman barunya yang berbeda keyakinan.
“Pergaulan di kampus berjalan seperti biasa, tidak ada jarak satu dengan yang lain untuk membangun hubungan antar sesama manusia, meskipun berbeda keyakinan,” kata Elis.
“Di kelas saya akrab dengan semua teman, dan biasanya kami kumpul bersama, serta diskusi kelompok di sela – sela perkuliahaan dan mengerjakan tugas kelompok,” ungkap Elis.
Elis mengakui bahwa, meskipun ia berbeda keyakinan dengan yang lain, namun ia tidak pernah mendapat kekerasan verbal atau perundungan. Bahkan, di dalam kelas selama proses perkuliahan berlangsung, Elis diperlakukan sama dengan mahasiswa/i lainnya oleh dosen mata kuliah yang masuk mengajar.
Sejak tercatat sebagai mahasiswi UIN Datokarama, Elis juga bergabung dengan organisasi intra kampus yaitu Koperasi Mahasiswa (Kopma). Di organisasi ia belajar dan memperluas jejaring kemanusiaan.
Rektor UIN Datokarama Profesor Lukman Thahir menyatakan bahwa, Elisabet Amelia Morong menjadi simbol keterbukaan UIN Datokarama menerima semua Gen-Z dari semua agama untuk kuliah di kampus ini.
“UIN Datokarama adalah kampus milik semua umat beragama, tidak ada batas dan tidak ada alasan, untuk tidak menerima non-muslim kuliah di UIN Datokarama,” ujar Profesor Lukman Thahir.
Rektor memastikan Elis akan mendapatkan hak yang sama dengan mahasiswa/i lainnya, selama menjalani proses perkuliahaan selama jenjang S1.
“Elis berhak memperoleh pendidikan yang layak, berhak memperoleh pembinaan, berhak atas pelayanan akademik, berhak atas perlindungan, pendampingan dan pemberdayaan, termasuk berhak memperoleh beasiswa,” ungkap Profesor Lukman.
Sumber: Humas UIN Datokarama