Palu – (UIN-DK) – Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama bersinergi dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mencegah tumbuh dan berkembangnya faham intoleransi, radikalisme dan terorisme di Sulawesi Tengah.
Rektor UIN Datokarama Profesor Kiai Haji Lukman S Thahir, di Palu, Jumat, mengemukakan pencegahan radikalisme perlu dilakukan secara masif untuk melindungi masyarakat dan generasi muda dari faham garis keras tersebut.
“Radikalisme musuh negara yang dalam penanggulangannya harus melibatkan semua komponen dan elemen serta stakeholder pemerintah,” kata Profesor Lukman.
Rektor Profesor Lukman telah bertemu dan berdiskusi dengan pihak Densus 88 Anti Teror, berlangsung di UIN Datokarama, Jumat.
Dalam pertemuan, pihak Densus 88 Anti Teror diwakili oleh Kepala Tim Unit Idensos Satgaswil Sulteng Kompol Sugiyono, didampingi oleh AKP Rusmadi selaku Wakil Kepala Tim Unit Idensos Satgaswil Sulteng dan Aipda Boy Anggota Tim Unit Idensos Satgaswil Sulteng Densus.
Dalam pertemuan itu, Profesor Lukman mengakui bahwa adanya penyebaran faham radikalisme di tengah masyarakat, menjadi satu tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta tantangan dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI.
Kelompok penganut radikalisme, kata dia, saat ini terus mendoktrin masyarakat untuk mengikuti faham mereka. Salah satu komponen yang menjadi sasaran adalah generasi muda dan mahasiswa di perguruan tinggi.
Badan Intelijen Negara (BIN), mengungkapkan, sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi telah terpapar paham radikal, pada tahun 2018. Hal itu berdasarkan penelitian BIN yang dilakukan pada 2017 lalu.
Dari survei yang dilakukan diperoleh data 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam.
“Oleh karena itu, upaya pencegahan radikalisme dilakukan di eksternal atau masyarakat, dan di internal kampus,” sebutnya.
Rektor menguraikan salah satu strategi pencegahan radikalisme yang harus dilakukan ialah menguatkan moderasi beragama di kalangan masyarakat dan mahasiswa.
Hal ini, sebut dia, diawali dengan riset pemahaman dan pengamalan empat indikator moderasi beragama meliputi komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi, dan penerimaan terhadap budaya lokal, di tingkat masyarakat dan mahasiswa.
“Untuk mahasiswa, bukan hanya bagi mahasiswa baru, tetapi semua mahasiswa,” ujarnya.
Hasil riset, kata dia, akan ditindak lanjuti dalam bentuk program penguatan, untuk mewujudkan masyarakat dan mahasiswa moderat.
“Di sinilah UIN dan Densus 88 bekerja sama untuk melakukan pembinaan masyarakat dan mahasiswa,” sebutnya.
Kepala Tim Unit Idensos Satgaswil Sulteng Kompol Sugiyono berharap pencegahan radikalisme dapat dilakukan bersama – sama dengan UIN Datokarama di tingkat mahasiswa.
“Bersama – sama melakukan sosialisasi.
Dan bekerja sama untuk mencegah teror,” ujarnya.
Sugiyono mengatakan pencegahan radikalisme harus dilakukan. Agar masyarakat dan mahasiswa tidak terpapar faham radikalisme.
Menurut dia, melalui sinergi Densus 88 dengan UIN Datokarama, maka akademisi UIN dapat membuat artikel – artikel yang berisikan tentang bahaya gerakan kelompok radikal dan ciri hasutan mereka, agar masyarakat dan mahasiswa bisa memahami dan mengenal ciri mereka.