Parimo (Humas) – Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, meningkatkan kapasitas perempuan di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) sebagai agen perdamaian di daerah itu melalui pendekatan moderasi beragama.
“Ibu – ibu atau kaum perempuan adalah satu kekuatan besar dalam pembangunan termasuk pembangunan perdamaian daerah,” kata Rektor UIN Palu Prof Sagaf S Pettalongi, di Palu, Senin.
Ia mengatakan peningkatan kapasitas itu dilakukan oleh UIN Palu melalui Pusat Studi Gender dan Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LP2M) dengan mengenalkan moderasi beragama kepada 110 perempuan di Kecamatan Tinombo dan Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong lewat kegiatan bertajuk “Pengabdian Masyarakat Tentang Pengembangan Potensi Daerah Berbasis Moderasi Beragama dan Gender”.
Kegiatan tersebut difokuskan di Desa Silabia untuk Kecamatan Tinombo, dan Desa Sausu Trans untuk Kecamatan Sausu. (10-11/9/2022).
Rektor UIN Datokarama Palu mengatakan perempuan atau ibu rumah tangga memiliki peran penting dalam merawat kerukunan dan perdamaian.
Perempuan atau ibu rumah tangga, menurut dia, dapat memainkan peran dalam rumah tangga dengan melakukan pembinaan berbasis pendidikan agama kepada anggota keluarga serta kepada masyarakat dalam kehidupan sosial di lingkup rukun tetangga.
Hal ini penting, sebab rumah tangga dan keluarga menjadi satu komponen yang rentan terpapar faham intoleransi, radikalisme dan terorisme. Olehnya, pendekatan moderasi beragama dalam pembinaan rumah tangga dan keluarga menjadi hal penting.
Sehingga rumah tangga dan keluarga menjadi satu komponen sosial yang perlu dikuatkan untuk optimalisasi peningkatan kualitas perdamaian dengan pendekatan moderasi beragama.
“Olehnya kaum perempuan dan ibu rumah tangga harus dapat menerima perbedaan yang ada, dan jangan mempersoalkan perbedaan yang ada di muka bumi,” katanya.
Ia menjelaskan terdapat empat ciri, yaitu memiliki komitmen kebangsaan yang kuat, yang ditandai dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Kemudian, menolak atau anti-kekerasan baik dalam bentuk fisik atau non-fisik. Berikutnya, bersikap toleran yaitu menghormati perbedaan yang ada dan memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada penganut agama lain untuk menjalankan perintah agamanya.
Selanjutnya, yang keempat, menerima dan menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan budaya yang dianut oleh masyarakat.
“Maka penguatan rumah tangga dan keluarga harus berorientasi pada pembangunan empat ciri tersebut,” katanya.
Dengan terbangunnya rumah tangga dan keluarga yang moderat, maka, kata Prof Sagaf, intoleransi, radikalisme dan terorisme dapat dibendung secara optimal.
“Karena rumah tangga dan keluarga, orang tua, memiliki peran yang sangat strategis dalam membina generasi muda,”sebutnya.
Orang tua dengan pemahaman moderasi beragama yang kuat, ujarnya, akan melindungi anak-anaknya agar tidak terkontaminasi dan mengakses informasi-informasi yang bernuansa intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Kepala Pusat Studi Gender UIN Datokarama Dr Rustina perempuan dapat berperan memberikan pemahaman dan pendidikan kepada anggota keluarganya tentang pentingnya nilai-nilai persaudaraan antar-sesama manusia.
“Dalam konteks itu, perempuan dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya saling menghargai antar-sesama manusia tanpa melihat latar belakang apapun,” ujar Rustina.
Perempuan Parigi Moutong, kata dia, juga dapat berperan menyosialisasikan kepada anggota keluarganya mengenai pentingnya tidak saling memaksakan kehendak dalam konteks beragama.
“Hal ini dapat dilakukan perempuan dari lingkungan rumah tangga,” demikian Rustina.