Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama melaksanakan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) dengan mengusung konsep humanis dan inklusif tanpa kekerasan fisik dan psikis.
Rektor UIN Datokarama Palu, Prof Sagaf S Pettalongi, di Sigi, Selasa, menyatakan PBAK tahun 2022 yang diikuti 2.000 mahasiswa baru, harus bebas dari segala bentuk kekerasan fisik dan psikis.
“Tidak boleh ada kekerasan fisik maupun psikis kepada mahasiswa baru dalam proses PBAK,” ungkap Sagaf.
Pakar Manajemen Pendidikan itu menyebut, PBAK UIN Datokarama berlangsung di kampus dua, di Desa Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, mulai tanggal 23 – 27 Agustus 2022.
Dalam proses pelaksanaan PBAK, ujar dia, harus lebih mengedepankan budaya akademik, bukan kekerasan fisik dan psikis. Sebab PBAK, menjadi satu jenjang tahapan pembinaan intelektual, moral, dan spiritualitas mahasiswa baru.
Bahkan, ia menegaskan, segala bentuk kekerasan fisik dan psikis, bertentang dengan nilai – nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Di samping itu, kata dia, UIN Datokarama yang di dalamnya terdiri dari kaum intelektual sangat menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan, sehingga PBAK dilaksanakan dengan mengusung konsep humanis dan inklusif.
“Oleh karena itu tidak dibenarkan praktek – praktek kekerasan dalam proses PBAK. Di zaman ini, pendekatan pendidikan dilakukan secara humanis dan inklusif berbasis integrasi ilmu pengetahuan, bukan dengan kekerasan,” tegas Prof Sagaf yang juga Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Sulteng.
Ia meminta kepada para dosen dan tenaga kependidikan yang tergabung dalam kepanitiaan PBAK, agar mengawal dan memastikan jalannya proses PBAK tanpa ada kekerasan.
“Dosen agar mengawal ketat, membimbing dan memberikan arahan kepada anak – anak kita (mahasiswa), agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan selama proses PBAK,” imbuhnya.
Prof Sagaf mengatakan PBAK dengan konsep humanis dan inklusif lebih diarahkan pada membangun pemahaman mahasiswa baru tentang keindonesiaan dan moderasi beragama.
“Maka diharapkan seluruh panitia PBAK dapat bekerja maksimal untuk peningkatan wawasan mahasiswa baru tentang keindonesiaan dan moderasi beragama, dengan tujuan mahasiswa tidak muda terpengaruh dengan faham – faham intoleransi, radikalisme dan terorisme,” ujar Prof Sagaf.