Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Prof Sagaf S Pettalongi mengemukakan Ramadhan menjadi perekat hubungan antarsesama manusia tanpa melihat latar belakang apapun.
“Maka, manfaatkan dan jadikanlah Ramadhan 1443 Hijriah ini sebagai momentum untuk saling maaf dan memaafkan, dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan antar sesama manusia tanpa melihat latar belakang apapun,” kata Sagaf dihubungi dari Palu, Sabtu, terkait momentum Ramadhan 1443 Hijriah.
Sagaf yang juga Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Sulteng mengemukakan, umat Islam dalam waktu dekat akan memasuki bulan Ramadhan, yang diikutkan dengan pelaksanaan puasa selama sebulan penuh.
Maka momentum itu, ujar dia, harus disambut baik dengan gembira dan bahagia, karena dapat bertemu kembali dengan Ramadhan 1443 Hijriah. Kegembiraan itu, sebutnya, harus diikutkan dengan upaya untuk mengisi bulan Ramadhan dengan memperbanyak amaliah baik yang bersifat hubungan kepada Allah maupun amaliah antar sesama manusia, seperti memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan sesama manusia.
“Kita bersyukur kepada Allah karena telah dipertemukan kembali dengan Ramadhan 1443 Hijriah. Syukur kita kepada Allah, diikutkan dengan saling memaafkan untuk menguatkan satu sama lain,” sebut Guru Besar UIN Datokarama Palu itu.
Di samping itu, ia mengimbau umat agar tidak perlu saling menyalahkan dan mengkafirkan, hanya karena berbeda agama dan seterusnya.
“Tidak akan mungkin di dunia ini hanya ada satu suku, satu budaya, satu agama. Itu tidak akan mungkin. Maka, kemajemukan yang telah ada, harus dijunjung tinggi yang dengan menghormati orang lain, meski berbeda agama dan seterusnya,” ucapnya.
Memperbaiki kualitas hubungan sesama manusia, kata Sagaf, sangatlah penting, apalagi di tengah pandemi COVID-19. Di mana, sesama manusia perlulah saling membantu, bahu membahu untuk menguatkan satu sama lain, agar dapat bangkit bersama.
“Sebagai orang beriman yang akan melaksanakan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, dapat mengambil pelajaran dan membangun optimisme untuk untuk bersama-sama saling menguatkan dan menekan penyebaran COVID-19,” ujarnya.
Menurutnya, puasa di bulan Ramadhan yang akan dijalani mengajarkan kepada seseorang untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
Puasa selama bulan Ramadhan, ujar dia, juga menjadi satu proses pembersihan diri kembali menjadi suci dan bersih.
Proses pembersihan itu, meliputi pembersihan jiwa (tazkiyatul annafsi), pembersihan harta (tazkiyatul maal) dan pembersihan sikap dan perilaku (tazkiyatul afaal).
Pembersihan selama bulan Ramadhan, harusnya terus dilakukan dalam setiap bulan hingga berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun-tahun berikutnya.
Hal itu agar, seseorang sebagai orang yang beriman terus mawas diri dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dengan tetap mengedepankan tujuan akhirat.
“Sehingga menjadi manusia yang terus menebarkan manfaat bagi sesama manusia lainnya, termasuk menebar manfaat untuk mencegah penyabaran COVID-19, dengan mengedepankan mawas diri,” sebutnya.
sumber : humas UIN Datokarama Palu