Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Prof H Sagaf S Pettalongi mengimbau umat Islam di provinsi itu agar mengambil hikmah dari peristiwa isra miraj salah satunya mengandung tentang penguatan hubungan antar sesama manusia.
“Isra dan miraj satu peristiwa besar dan bersejarah yang salah satunya hikmahnya yaitu, pentingnya membangun hubungan kemanusiaan,” kata Prof Sagaf Pettalongi, dihubungi dari Palu, Senin.
Prof Sagaf mengatakan umat Islam bisa meraih pelajaran yang banyak dari peristiwa isra dan miraj. Di mana peristiwa itu menunjukkan pentingnya membangun hubungan seorang manusia dengan Tuhannya (hablumminallah), dan membangun hubungan antar sesama manusia.
Dalam berbagai riwayat dan sejarah, kata Prof Sagaf, Nabi Muhammad sebagai suri teladan, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai sesama manusia, walaupun berbeda keyakinan, suku dan sebagainya.
Hal itu, ujar dia, pantut dicontohi oleh setiap individu muslim, untuk membangun persatuan dan kesatuan serta kebersamaan, dalam menghadapi dan menyelesaikan problematika dan tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh umat saat ini adalah pandemi COVID-19. Untuk menuntaskan problematika ini, dibutuhkan kebersamaan, untuk bersama-sama menekan penyebaran COVID-19, sehingga kita semua bisa pulih secara bersama,” ujar Prof Sagaf yang juga Waketum MUI Provinsi Sulteng.
Selain mengenai pandemi, kata dia, tantangan yang tak kalah penting yakni bagaimana membangun pemahaman dan sumber daya manusia, agar bisa saling menghargai dan menghormati, meski berbeda pendapat.
“Sebagai orang yang beriman dan menempatkan Nabi sebagai suri teladan, maka sepatutnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan, sebagaimana Nabi mengajarkan menghargai kemanusiaan dan perbedaan,” imbunya.
Ia menguraikan, isra dan miraj di dalamnya juga mengandung nilai spiritual, penguatan hubungan seorang hamba dengan Tuhan. Sagaf mengutip satu hadits yang berbunyi “Shalat merupakan sarana mi’raj atau mendekatkan seorang mukmin dengan Allah SWT”.
“Maka, sebagai seorang yang beriman, selain memperkuat hubungan sesama manusia. Juga harus memperkuat hubungan sesama Tuhan. Keduanya harus berjalan seirama,” ujarnya.
Ia menambahkan isra merupakan perjalan horizontal yaitu dari Masjidil Haram di Mekkah ke Palestina di Masjid Aqsa. Kemudian, dilanjutkan dengan mi’raj yang merupakan perjalanan vertikal yaitu dari Palestina ke langit ke tujuh, bahkan Nabi Muhammad bertemu langsung dengan Allah SWT.
“Pertemuan itu seolah Nabi dan Allah tidak memiliki jarak, bahkan malaikat Jibril tidak mampu mengikuti Nabi dalam perjalanan itu,” ungkapnya.