Palu – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Tengah, Prof H Sagaf S Pettalongi mengajak seluruh organisasi masyarakat berciri Islam, agar bersatu membantu pemerintah mengentaskan buta aksara khususnya baca dan tulis Alquran.
“Apa yang disampaikan Dewan Masjid Indonesia mengenai banyaknya umat Islam yang tidak bisa membaca dan menulis Alquran, ini menjadi tantangan besar di negara yang mayoritas Muslim,” kata Prof Sagaf Pettalongi, dihubungi dari Palu, Selasa.
Pernyataan Prof Sagaf merupakan respons atas pernyataan Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol (Purn) Syafruddin, yang mengingatkan sebanyak 65 persen umat Islam di Tanah Air tidak bisa membaca Alquran.
Prof Sagaf yang juga Rektor UIN Palu menilai, jika pernyataan Waketum DMI tersebut benar adanya, tentu menjadi keprihatinan bagi semua ormas Islam.
“Sejatinya Alquran sebagai kitab suci umat Islam haruslah bisa dipahami dan dimengerti serta diamalkan, karena merupakan pedoman hidup bagi umat Islam. Tetapi jika umat Islam sendiri masih banyak yang belum bisa membaca Alquran, maka seluruh komponen masyarakat Islam perlu saling bersinergi untuk menangani hal kondisi itu,” katanya.
“Kondisi ini harus dituntaskan dengan program-program produktif, yang dilaksanakan secara sistematis dan masif di semua masjid. Maka, masjid harus dioptimalkan fungsinya sebagai pusat pendidikan dan perubahan,” ujarnya.
Sinergi program antar-organisasi, menurut dia, menjadi kunci optimalisasi pembinaan terhadap masyarakat dan generasi muda di segala penjuru.
Di satu sisi, menurut dia, rumah tangga atau orang tua, juga perlu mendorong anak-anaknya untuk menimba ilmu-ilmu agama, minimal belajar membaca dan menulis Alquran.
“Proses pembentukan mental, intelektual, dan keterampilan, pertama dilalui oleh manusia adalah di tingkat rumah tangga. Orang tua lah menjadi motor penggeraknya,” sebutnya.
“Generasi muda menjadi sasaran dalam pengembangan kapasitas. Hal ini, sebagai bentuk upaya penyeimbangan perkembangan zaman, sehingga generasi muda meskipun terbawa dalam arus modernisasi, tetapi tetap memiliki kompetensi intelektual, keterampilan yang berciri Islam,” sebutnya.
Wilayah Kabupaten Sigi, Donggala dan Kota Palu, menjadi wilayah sasaran pengembangan kapasitas masyarakat, yang dilakukan secara berkelanjutan.
“MUI Sulteng tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan lembaga dan instansi apapun, dalam pengembangan kapasitas masyarakat, yang disesuaikan dengan fokus peran masing-masing,” kata Prof Sagaf.
Angka keaksaraan (buta aksara) Sulteng saat ini sudah mencapai 3,11 persen. Pemprov Sulteng lewat visi gerak cepat Sulteng lebih maju dan sejahtera, memprioritaskan pembangunan manusia lewat visi percepatan pembangunan sumber daya manusia.